Kamis, 18 Februari 2010

Menjadi Guru Yang Disukai Siswa
1.Guru ibarat penjual obat harus pandai-pandai “menarik perhatian” calon pembeli obat (siswa). Usahakan tidak monoton memperbincangkan masalah materi, namun juga masalah disekitar kita, juga selingi dengan guyonan yang positif agar siswa tidak merasa tertekan oleh sulitnya materi pelajaran.
2.Guru merupakan “aktor/aktris” yang harus tampil sebaik mungkin di depan kelas agar penonton senang dan selalu menunggu aksinya, dalam film diibaratkan Bintangnya
3.Guru ibarat pelawak, harus pandai membuat suasana penonton senantiasa tertawa sumringah, jika pelawak itu tidak tampil, maka penonton selalu menunggu-nunggu dan ingin sekali menyaksikan aksi kocaknya, tentunya dalam batas-batas kewajaran dan situasi yang sesuai.
4.Guru ibarat seorang ibu yang menggendong bayinya/anak kecil, kemanapun dan apa saja yang diminta, dimaui anak berusaha untuk memenuhinya. Mampu memahami keinginan anaknya, dan selalu menunjukkan rasa kasih sayangnya.
5.Jika ada siswa yang ramai, usil, dan suka membuat gaduh jangan dianggap anak itu nakal, anggap saja siswa tsb “kelebihan energi”, tinggal gurunya pandai-pandailah mengarahkan ke hal yang fokus/baik, yaitu KBM-nya, misalkan dengan meminta seluruh siswa memperhatikan “oknum” siswa tsb, dia pasti akan malu sendiri.
6.Janganlah cepat memarahi siswa kita dari pada memujinya. Jadi cepat-cepatlah dan seringlah memujinya , baik dia mampu atau belum mampu mengerjakan soal. Jika belum mampu mengerjakan soal, cobalah kasih pertanyaan bimbingan (pertanyaan yang mengarah ke jawaban), sehingga siswa tidak merasa malu meskipun dia tahu jika belum bisa, tetapi justru yang diharapkan siswa yang belum bisa itu adalah bimbingan guru, bukan marahnya. HINDARI MARAH sebisa mungkin.
7.Jika terpaksa harus marah, segera meminta ma’af dan menjelaskan alasannya kenapa guru harus marah agar siswa lebih memahaminya.
8.Kenali gaya/model masing-masing anak dan jangan menyamaratakan.
9.Cobalah sering memberi hadiah (baik itu verbal/pujian maupun nonverbal). Contoh nonverbal : menepuk pundak karena anak mampu menyelesaikan tugasnya.
10.Akan lebih bagus lagi guru sering memberi motivasi berupa benda meskipun kecil/murah harganya atau cash-money misalnya. Ini akan memotivasi anak dan meningkatkan antusias anak.
11.Berilah hadiah tertentu kepada siswa yang mendapatkan nilai paling bagus, atau sesuai target guru yang ditetapkan sebelumnya.
12.Jika ada anak yang “bodoh” cobalah didekati, diajak curhat.
13.Jangan melukai anggota badan siswa (ini prinsip), kecuali dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
14.Jika siswa kita pendiam semua, gak ada yang mau bertanya, cobalah teori berikut ini :
•Seluruh siswa diminta LATIHAN MENGACUNGKAN JARI BERKALI-KALI, ingat ini hanya latihan dan bukan bertanya.
•Tunjuklah salah satu siswa “pendiam” itu dan diminta mencoba bertanya “sesuatu apa saja – tidak harus berkaitan dengan topik pelajarannya”, nanti lama kelamaan dia akan berani bertanya dan terbiasa mengacungkan jari. Intinya adalah melatih keberanian siswa menanggapi sesuatu.
•Pada latihan yang ketiga, cobalah tunjuk lagi seorang anak untuk menanyakan soal sesuai topik, jangan dimarahi atau diejek/dicemooh, termasuk teman kelasnya. Bagi yang nekad mengejek, tunjuk dia suruh bertanya.
•Pada latihan ke-4, coba tanyakan kepada siswa kita “Siapa yang ingin bertanya tentang pelajaran ini?” Jika tidak ada yang mengacungkan jari, cobalah guru menanyakan soal sesuai topik.
Menjadi pemimpin yang baik
"Setelah diumumkan pengangkatannya menjadi khalifah, Umar bin Abdul Aziz kemudian menyendiri di rumahnya dan beliaupun tak mau keluar menemui seseorang. Dalam kesendirian itu, beliau menghabiskan waktu dengan bertafakkur, berdzikir, dan berdoa kepada Tuhan. Pengangkatannya sebagai Khalifah atau pemimpin tidak disambutnya dengan pesta kemenangan, tetapi justru dengan melakukan introspeksi diri. Tiga hari kemudian barulah beliau keluar rumah. Para pengawal menyambutnya, hendak memberi hormat. Umar malah mencegahnya. "Kalian jangan memulai salam kepadaku, bahkan salam itu kewajiban saya kepada kalian." Itulah perintah pertama Khalifah kepada pengawal-pengawalnya.Ketika Khalifah Umar datang dalam pertemuan dengan para pembesar negeri, para tokoh masyarakat dan hadirin yang telah menunggunya terdiam dan serentak bangkit berdiri memberi hormat kepada Khalifah Umar. Apa kata beliau? "Wahai sekalian manusia, jika kalian berdiri, saya pun berdiri. Jika kalian duduk, saya pun duduk. Manusia itu sebenarnya hanya berhakberdiri di hadapan Rabbul-'Alamin."Itulah yang dikatakan pertama kali Khalifah Umar kepada umat yang dipimpinnya. Sebagai seorang pemimpin Khalifah Umar bisa dengan mudah mendapatkan penghormatan dan kemewahan. Namun, ternyata Umar tidak serta merta meneruskan budaya kepemimpinan yang sebenarnya menguntungkannya dirinya secara pribadi itu. Beliau tak mau dihormati berlebihan, melainkan memilih sikap rendah hati dan sederhana dalam memimpin umatnya. Hasilnya, kepemimpinannya dikenang dengan penuh rasa hormat dan mewariskan nilai-nilai kebajikan.Seorang pemimpin dalam bidang apapun, apakah dalam bisnis, pemerintahan, mayarakat maupun lainnya, sebaiknya menyadari bahwa kedudukan dan jabatan yang disandangnya sesungguhnya adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan, baik kepada anggota yang dipimpinnya maupun kepada Tuhan. Maka ketika berhasil menduduki posisi pimpinan, apakah dalam pemerintahan, Bisnis, masyarakat, maupun organisasi lainnya, sebaiknya tidak melalaikan amanah sebagai pemimpin yang melayani anggota dan masyarakat yang dipimpinnya. Seorang pemimpin, perlu mengembangkan sikap kepemimpinan yang melayani atau dalam istilahnya sekarang adalah "servant leader" . Sayangnya dewasa ini banyak sekali pemimpin yang kurang menyadari amanahnya dan lebih berorientasi pada tujuan pragmatisme dan nilai-nilai kemewahan seperti mengejar harta kekayaan. Pemimpin yang berorientasi pada nilai-nilai kemewahan dan materialisme, akan cenderung dikendalikan oleh nafsu dan ego pribadinya. Maka tidak heran ketika sedang memegang kekuasaan, yang dipikirkan adalah apa yang dapat diambil dengan posisinya saat ini, apa yang
dapat diperoleh bagi keuntungannya dari orang lain, bukan bertanya apa kebaikan yang dapat diberikan pada orang lain.
Pemimpin yang berorientasi pada nilai-nilai materialisme dan kemewahan duniawi, cenderung mudah menyalahgunakan kekuasaan untuk tujuan kepentingan pribadinya, untuk tujuan kekayaan harta. Bagaimana akhir kehidupan mereka? Banyak diantara mereka yang masa tuanya tidak hidup damai, malah gundah gulana karena dijerat hukum. Karena sesungguhnya meraih kemuliaan dengan dibungkus materi hanyalah semu dan tipuan belaka.
Pemimpin seperti ini menganggap bahwa melayani orang lain dirasakan sebagai suatu kerendahan baginya, seolah yang harus melakukan adalah orang-orang rendahan. Padahal melayani inilah sesungguhnya misi mulia yang sebenarnya diamanahkan Allah kepada setiap hamba-Nya yang hidup di dunia ini, sebagai "Khalifah" di bumi.
Menjadi pemimpin yang rendah hati dan mengedepankan kesederhanaan adalah landasan bagi keberhasilan yang penuh makna. Dalam dunia bisnis misalnya, kita dapat belajar dari para pemimpin bisnis atau CEO dunia seperti Konosuke Matsushita, Soichiro Honda, Anita Rhodick dan lainnya. Dalam kehidupan kita mengenal para pelopor kehidupan seperti Mahadma Gandhi, Bunda Therea, Imam Al-Gazali dan lain sebagainya. Mendengar nama-nama mereka semua sungguhmenggetarkan hati kita semua. Apakah mereka semuanya berhasil karena kepemimpinan dengan kemewahannya ? Belajar dari kisah sukses mereka, kita akan menemukan sikap yang rendah hati, sikap sederhana dan senang melayani orang lain. Mereka senang mengabdikan hidupnya untuk melayani dan menyumbangkan hartanya untuk kemanusiaan. Kebajikan yang diwariskan dari
kepemimpinan menjadikan nama-nama mereka dikenang harum sampai sekarang.Memang tidak mudah untuk selalu rendah hati dan memiliki mentalitas melayani dari hati. Apalagi kalau kita memiliki kedudukan sebagai eksekutif, CEO, pemimpin Bisnis, pemimpin pemerintahan, pemimpin masyarakat atau pemimpimpin lainnya yang memiliki kesempatan dilayani dengan kemewahan yang terbuka di depan mata. Kalau manusia terjebak pada dorongan memperturutkan kepentingan nafsu duniawi dan egoisme pribadi semata, pasti akan mementingkan kepentingan sendiri dan maunya justru dilayani dengan kemewahannya.Seorang pemimpin yang rendah hati dalam bekerja ia akan senantiasa berpikir bagaimana dapat mensejahterakan anggota yang dipimpinnya. Pemimpin yang baik dapat menjadi teladan dan menginspirasi anggotanya untuk mengembangkan nilai-nilai pelayanan dari dalam hati. Sehingga anggota organisasipun dalam bekerja juga berpikir bagaimana bisa memberikan layanan terbaik, memberikan kontribusi terbaik melalui peran pekerjaannya dalam organisasinya. Karena setiap orang yang melayani dengan ikhlas berarti telah berpartisipasi menebar rahmat ke seluruh alam. Itulah tugas terhormat seorang pemimpin. Menjadi pemimpin yang rendah hati memerlukan kesadaran kita untuk mau melakukan transformasi diri dengan mengubah pusat diri yang sebelumnya egoisme dan hawa nafsu, diganti dengan kebeningan hati nurani. SEMOGA BERMANFAAT !