Jumat, 22 Januari 2010

Sesal

Tubuh ini seakan lemah
Tiada daya tiada kuasa
Menangis berjujuran air mata
Mengingat butir-butir dosa
Terkumpul menjadi lumpur jiwa

Aku hamba yang hina
Sedekat masa diberi
Hanya diselimuti noda
Menjadi karat dalam hati
Masihkah diterima taubatku lagi?

Ya Rabbi
Aku mengerti kesalahan diri
Aku mengerti aku insan keji
Aku mengerti tiada ruang buatku lagi
Hanya menanti pembalasan azali

Namun dalam jengkal waktu ini
Benarkan aku mencari
Walau sekelumit ruang
Menutup dosa-dosa silam

Aku ingin sekali
Menjadi hamba yang kenal
Siapa pencipta...

Kamis, 21 Januari 2010

Cerita tentang : Tiga Orang Pria
Seorang wanita kembali pulang kerumah dari perjalanannya, dan ia melihat ada 3 orang pria yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka. Lalu ia menyapa dengan senyum ramahnya:
“Aku tidak mengenal Anda semua , tapi aku yakin Anda semua pasti orang baik-baik yang sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut”.
Pria itu balik bertanya, “Apakah suamimu sudah pulang?”
Wanita itu menjawab, “Belum, dia sedang keluar”.
“Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suamimu kembali”, kata pria itu.
Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, “Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini”. Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam..
“Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama” , kata pria itu hampir bersamaan.
“Lho, kenapa? tanya wanita itu karena merasa heran.
Salah seseorang pria itu berkata, “Nama dia Kekayaan,” katanya sambil menunjuk seorang pria disebelahnya, “sedangkan yang ini bernama Kesuksesan, sambil memegang bahu pria lainnya.
Sedangkan aku sendiri bernama Kasih-Sayang. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk kerumahmu.”
Wanita itu kembali masuk kedalam, dan memberitahu pesan pria di luar.
Suaminya pun merasa heran. “Ohho…menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan.”
Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, “Sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen ladang pertanian kita.”
Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah.
“Pa, Ma, Aku ingin Si Kasih-sayang yang masuk ke dalam rumah kita, Supaya rumah ini akan penuh dengan kehangatan kasih-sayang.”
Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. “Baiklah, ajak masuk si Kasih-sayang ini ke dalam. Dan malam ini, Si Kasih-sayang menjadi teman santap malam kita.”
Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu. “Siapa diantara Anda yang bernama Kasih-sayang? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kami malam ini.”
Si Kasih-sayang berdiri, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho..ternyata, kedua pria lainnya pun ikut serta. Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si
Kesuksesan.
“Aku hanya mengundang si Kasih-sayang yang masuk ke dalam, tapi kenapa kalian berdua ikut juga?”
Kedua pria yang ditanya itu menjawab : “Kalau Anda mengundang si Kekayaan, atau si kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Kasih-sayang, maka, kemana pun Kasih sayang pergi, kami akan ikut selalu bersamanya.Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami berdua ini buta. Dan hanya si Kasih-sayang yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kami pada jalan kebaikan dan jalan yang lurus”
Oleh karena itu, dimana ada Kasih-sayang, maka kekayaan dan kesuksesan juga akan ikut serta bersama kita. Semoga hari ini, adalah hari yang penuh berkah dan kasih sayang diantara kita,

Rabu, 20 Januari 2010

Puisi

Kembang Buat Ibu

sebenarnya aku ingin ibu pergi jauh
setelah penyakit itu terus betah berlabuh
di suatu tempat, entah apa namanya
kau akan menemukan banyak tawa
bukannya isak terdiam seperti biasanya
lalu aku teringat, kenapa ada ingin itu
bila nanti tak lagi bertemu denganmu
hanya foto, baju atau kebaya kesukaanmu
yang cuma bisa kutatap dengan sedu
sebenarnya aku ingin menemanimu
saat terbaring dalam diam
sambil kau kunyah kenangan silam
tapi aku telah punya dunia sendiri
yang kadang berbalut sepi
aku datang padamu, ibu
membawa kembang kesukaanmu
yang telah kusiram pagi tadi
dengan embun di mata yang belum sempat kuseka
( Ibuku meninggal 11 Oktober 2009 pk.20.00 WIB ,setelah
Sholat isya )

Senin, 18 Januari 2010

RENUNGAN KITA

Kalau hari ini kita masih ingat agama,dan merelakan keringat kita di jalan-Nya maka boleh jadi itu bukan keberhasilan kita.Kalau hari ini kita ingat tentang tanggung jawab sesudah mati,sangat mungkin bukan karena kebaikan yang bukan sepenuhnya lahir dari kesadaran kita.Boleh jadi itu semua bukan merupakan prestasi kita sendiri,melainkan orang tua kita atau para guru kita yang tulus menyemainya,lalu Alloh kokohkan dalam hati kita.

Banyak orang tua yang berhasil mendidik anaknya bukan karena kepandaiannya mendidik anak,tetapi karena doa-doa mereka yang tulus.Banyak orangtua yang cara mendidiknya salah jika ditinjau dari sudut pandang psikologi,tetapi anak-anaknya tumbuh menjadi penyejuk mata yang membawa kebaikan dikarenakan amat besar pengharapan orangtua.Diantara mereka yang selalu membasahi penghujung malam dengan air mata untuk merintih kepada Alloh Azza wa Jalla.Di antara mereka ada pula menyertai langkah-langkah dengan niat yang tulus dan bersih.

Ya Alloh,alangkah masih sering lalai hati kita.Kita membuat,tapi tanpa niat.Bahkan disaat kita sedang sibuk bicara agamapun,yang memenuhi hati bukan niat yang bersih.Akibatnya hati kita risau dan jiwa kita gelisah.
Astaghfirullahal'adziim.Laa haula wala quwwata illa billah.Di zaman ketika wibawa sebagian ulama semakin rapuh,rasanya kita perlu menguatkan hati anak-anak kita.Kita perlu memperbanyak amal untuk memohon berkah Alloh bagi kebaikan hidup kita dan anak-anak kita.Sesungguhnya Alloh menggenggam hati manusia.

Ya...masa terus berganti.Kita tak bisa meminta anak-anak untuk menjadi seperti kita.Seperti nasihat Ali bin Abi Thalib,"Kita didik anak-anak kita untuk sebuah zaman yang bukan zaman kita".Terserah mereka akan jadi apa yang penting aqidah,iman dan komitmen mereka sama de ngan kita atau lebih teguh lagi.

Padahal Alloh berpesan agar kita takut kalau dibelakang hari meninggalkan generasi yang lemah hanya dua yang menjadi jalan keluarnya yakni takwa dan berbicara dengan perkataan yang benar.Inilah dua hal yang amat sederhana tetapi butuh perjuangan yang tak pernah usai.

Dua hal itulah yang kita harapkan menjadi bekal untuk anak-anak kita kelak.Semoga Alloh kuat kan iman kita.Semoga pula Alloh memperjalankan kita dalam takwa kepada-Nya.Semoga setiap langkah kita membawa kepada ridho-Nya dan meninggalkan bekas yang mantap dihati anak-anak dan keturunan kita,sehingga mereka memenangkan bisikan takwanya.

Selebihnya ada yang harus kita benahi tentang iman kita.Hari-hari mendatang anak kita ditengah tantangan yang semakin menakutkan,semoga dapat memberi bobot kepada bumi dengan kalimat laa illaa illalloh.Semoga Alloh memperjalankan mereka sebagai penolong-penolong-Nya.Allohumma Amiin.